Senin, 28 April 2014

BAHASA INDONESIA "KALIMAT"

MAKALAH
KALIMAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing Djoko Suwijono, S.Pd.









Disusun Oleh :
Imam Syafi`i
Muaddin Zainuddin Akhkam
Ubaidillah Ahrori
Syamsul Arifin
Siti Mukarromah

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH “MIFTAHUL ULUM”
KEDUNGDUNG MODUNG BANGKALAN
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang memberi rahmat dan karunia kepada makhluk-Nya yang berusaha dan bekerja sepenuh hati. Penyusun menyadari bahwa makalah  ini dapat disusun dan dibuat  tak lepas dari kemahakuasaan Tuhan. Untuk itu sujud penyusun sembahkan untuk-Nya.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas makalah Bahasa Indonesia dengan judul “KALIMAT ” ini disadari penulis bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyajiannya, untuk itu diharapkan bimbingan, arahan dan perbaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia serta terima kasih penulis sampaikan pula kepada seluruh teman-teman mahasiswa seangkatan yang telah ikut berjuang dan saling membantu selama proses perkuliahan sampai dengan Penyusunan makalah ini.
Semoga aktivitas yang kita laksanakan beroleh karunia dan Ridho dari Allah Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
                                                                                                                  Modung, 22 0ktober 2013
                                                                                                           

                                                                                                                             Penulis
                                                                                                                      






DAFTAR ISI


Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………………………………..……ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………………….………………1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………………………1
C.     Tujuan……………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian kalimat………………………………………………………………………...2
B.     Unsur-unsur kalimat……………………………………………...……………………….2
C.     Jenis-jenis kalimat…………………………………………………………...……………3
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………….…………………………………...……...13
B.     Saran……………………………………………………………………….…………….13
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..…………14






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimat lah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis adalah berupa tanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan bahwa kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penuturannya.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah yang kami susun yaitu:
1.      Apa pengertian dari kalimat ?
2.      Apa saja unsur-unsur dari kalimat ?
3.      Apa saja jenis-jenis dari kalimat ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan makalah yang kami susun, yaitu untuk mengetahui:
1.      Pengertian kalimat
2.      Unsur-unsur kalimat
3.      Jenis-jenis kalimat
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kalimat
   Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru pada wujud tulisan sepadan dengan intonasi akhir pada wujud lisan sedangkan spasi yang mengikuti mereka melambangkan kesenyapan.

B.     Unsur - Unsur Kalimat
            Adapun unsur-unsur kalimat yaitu:
1.      Predikat
Predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku). Contoh: putrinya cantik jelita.
2.      Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Contoh: yang berbaju batik dosen saya.
3.      Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Contoh : Nurul menimbang gula.
4.      Pelengkap dan komplemen
Pelengkap dan komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Contoh : Banyak orsospol berlandaskan Pancasila.
5.      Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya.
Contoh : Anak yang baik itu rela berkorban demi orang tuannya.

C.    Jenis-Jenis Kalimat
             Berdasarkan pengucapan, kalimat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh: “Saya gembira sekali”,kata ayah,”karena kamu lulus ujian.”
2.      Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita. Contoh: Kakak berkata bahwa buku itu harus segera dikembalikan

       Berdasarkan Jumlah Frasa (struktur gramatikal), kalimat dapat dibedakan menjadi dua  jenis yaitu:
1.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
a.       KB+KK (kata benda+kata kerja). Contoh: Sintia beryanyi.
b.      KB+KS (kata benda+kata sifat). Contoh: Ika sangat rajin.
c.       KB+KB (kata benda+kata bilangan). Contoh: Masalahnya seribu satu.
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a.       Kalimat Nominal
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda. Contoh : Saya siswa kelas VI.
b.      Kalimat Verbal
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh : Adik bernyanyi.
Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan penambahan unsur-unsur itu, unsur utama dari kalimat masih dapat dikenali. Suatu kalimat tunggal dapat diperluas menjadi dua puluh atau lebih. Perluasan kalimat tesebut terdiri atas:
a.       Keterangan tempat, seperti di sini, dalam ruangan tertutup, lewat Bali, sekeliling kota, dan lain-lain.
b.      Keterangan waktu, seperti: setiap hari, pada pukul 21.00, tahun depan, kemarin sore, minggu kedua, bulan ini, dan lain-lain.
c.       Keterangan alat (dengan+kata benda), seperti: dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok, dengan wesel pos, dengan cek, dan lain-lain.
d.      Keterangan modalitas, seperti: harus, barangkali, seyogyanya. sesungguhnya, sepatutnya, dan lain-lain.
e.       Keternagan cara (dengan+kata sifat/kata kerja), seperti: dengan hati-hati, seenaknya saja, selekas mungkin, dan lain-lain.
f.       Keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah
g.      Keterangan tujuan, seperti: agar bahagia, untuk anaknya, supaya aman, bagi mereka
h.      Keterangan sebab, seperti: karena rajin, sebab berkuasa, lantaran panik.
i.        Keterangan aposisi adalah keterangan yang sifatnya menggantikan, seperti: penerima
Sepatu Emas, David Beckham. Frasa yang, seperti: mahasiswa yang IP-nya 3 ke atas, pemimpin yang memperhatikan rakyat.
2.      Kalimat Majemuk
       Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
a.       Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal dan kedudukan tiap kalimat sederajat. Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, yaitu:
1)      KMS Penggabungan yang dihubungkan oleh kata dan atau serta. Contoh: Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
2)      KMS Pertentangan yang dihubungkan oleh kata tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua kalimat tersebut menunjukkan hubungan pertentangan. Contoh: Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
3)      KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata atau. Contoh: Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
4)      KMS Penguatan dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan dengan kata bahkan. Contoh: Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia disiksa dengan sadis.
5)      KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk menandakan suatu kejadian yang berurutan. Contoh: Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
b.      Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting (inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat). Contoh: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
Keterangan: Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu. Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern
Ada beberapa tanda hubungan/konjungsi yang dipergunakan oleh kalimat majemuk bertingkat, yaitu:Waktu : ketika, sejak.
1)      Sebab: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu.
2)      Akibat: hingga, sehingga, maka.
3)      Syarat: jika, asalkan, apabila.
4)      Perlawanan: meskipun, walaupun.
5)      Pengandaian: andaikata, seandainya.
6)      Tujuan: agar, supaya, untuk, biar.
7)      Perbandingan: seperti, laksana, ibarat, seolah-olah.
8)      Pembatasan: kecuali, selain.
9)      Alat: dengan+katabenda: dengan tongkat.
10)  Kesertaan: dengan+orang.
c.       Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya. Contoh: Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.

          Berdasarkan isi atau fungsinya, kalimat dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu:
1.      Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi.
Macam-macam kalimat perintah :
a.       Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah. Contoh : Gantilah bajumu!
b.      Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan Contoh : Jangan membuang sampah sembarangan!
c.       Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan. Contoh : Tolong temani nenekmu di rumah!
2.      Kalimat Berita
          Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan.
Macam-macam kalimat berita:
a.       Kalimat berita kepastian.
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
b.      Kalimat berita pengingkaran.
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
c.       Kalimat berita kesangsian.
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
d.      Kalmat berita bentuk lainnya.
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3.      Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya (?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, dan kapan. Contoh: Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4.      Kalimat Seruan
          Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh: Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.

          Berdasarkan unsur kalimat, kalimat dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu:
1.      Kalimat Lengkap
          Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri dari satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh : Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas (S+P+K).
2.      Kalimat Tidak Lengkap
          Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh: Silakan Masuk! (S+P).

          Berdasarkan struktur subjek dan predikatnya,  alimat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Kata atau frasa tertentu yang pertama muncul akan menjadi kunci yang akan mempengaruhi makna untuk menimbulkankesan tertentu, dibandingkan jika kata atau frasa ditempatkan pada urutan kedua. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh: Ambilkan koran di atas kursi itu!.( P+S)
2.      Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S+P+O+K).
Contoh: Penelitian ini dilakukan mereka sejak dua bulan yang lalu. (S+P+O+K).
          Berdasarkan bentuk gaya penyajiannya (retorikanya), kalimat dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1.      Kalimat Yang Melepas
          Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Contoh: Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman
2.      Kalimat yang Klimaks
          Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan. Contoh: Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
3.      Kalimat yang Berimbang
          Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk campuran. Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri. Contoh: Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
                 Berdasarkan subjeknya, kalimat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1.      Kaliamat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi, dll (kecuali makan dan minum). Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.       Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Eni mencuci piring (S+P+O1).
b.      Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif. Contoh: Mereka berangkat minggu depan (S+P+K).
c.       Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kalimat pasif karena disertai oleh pelengkap bukan objek. Contoh: Dian kehilangan pensil. (S+P+Pel)
2.      Kalimat Pasif
          Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1)      Kalimat pasif biasaKalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh: Piring dicuci Eni. S P O2.
2)      Kalimat pasif zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya (O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh: Ku pukul adik (O2+P+S).

Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :
1)      Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2)      Awalan me- diganti dengan di-.
3)      Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan (aktif). Ikan dipancing oleh bapak (pasif). Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan. Contoh : Aku harus memngerjakan PR (aktif). PR harus kukerjakan (pasif).


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lain. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), atau tanda seru (!); dan di dalamnya dapat disertakan tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), pisah (-), dan spasi. Dan kalimat dapat dibagi menjadi beberapa macam.

B.     Saran
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah yang membahas tentang kalimat dalam bahasa Indonesia ini masih banyak kekurangaan untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun  demi kesempurnaan makalah selanjutnya.










DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zainal dan S. Amran Tasai. 1989, Cermat Berbahasa Indonesia: untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: MSP.
Darjjowidjojo, Soenjono. 1988. Prinsip dan Format dalam Penulisan Ilmiah dalam Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhratara.
Effendi, S. 1992. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karangan Ilmiah Populer  dalam Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bangsa.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Paduan ke Arah Kemahiran Berbahasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Simpen, I. Wayan. 1988.  Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah Mahasiswa: Sebuah Pengamatan Sekilas dalam Pembinaan Bahasa Indonesia, Jakarta: Bhratara.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar, Jakarta: Puspa Swara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar