PERNYATAAN INTELEK LIBERAL
Salam, Orang
yang masih percaya "negara agama universal", apapun namanya: negara
universal Kristen (seperti terjadi di zaman abad pertengahan) atau negara
khilafah, sama dengan orang yang masih percaya bahwa bumi itu datar, atau bumi
itu dikelilingi matahari.
Sejarah
bergerak terus, dan bentuk negara agama (termasuk negara khilafah) sudah
menjadi bagian dari masa lampau, dan sebaiknya disimpan di museum saja: enak
ditonton, tapi tak usah dihidup-hidupkan lagi. Dinosaurus memang enak ditonton,
tetapi kalau dihidupkan lagi pasti akan menakutkan banyak orang.
Jikapun
negara khilafah itu didukung oleh argumen agama, maka saya tak peduli. Dalil
agama bukan dalil yang harus bertahan permanen. Banyak teks agama yang harus
dibatalkan, karena sudah tak masuk akal.
TANGGAPAN MUSLIM AWAM
Saya justru
tidak habis pikir bila masih ada orang yang menganggap mustahil berdirinya
kembali khilafah. Keterlaluan dangkal dan piciknya pandangan mereka. Apakah
visi mereka terkena rabun jauh sehingga hanya mampu menjangkau satu abad atau
satu generasi atau malah hanya satu dekade ke depan? Atau barangkali ada
bagusnya kita bersangka baik --atau buruk?-- bahwa mereka itu sebetulnya hanya
berpura-pura menutup dan memicingkan mata; sebagai bentuk ghazwul fikri untuk
menghapus cita-cita --atau katakanlah utopia-- khilafah itu dari benak kaum
muslimin.
Khilafah bagi kaum muslimin --sekarang ini-- memang merupakan impian indah yang
tidak mustahil --bahkan pasti-- terwujud kelak, tapi merupakan mimpi buruk bagi
kaum kuffar, zindiq dan munafiq. Segala daya dan kekuatan mereka kerahkan untuk
membendung geliat ummat Islam (saya tidak berbicara tentang HT dan saya bukan
HT) ke arah itu. Saya kira mereka yang sedikit bervisi tajam, bisa membaca
kegelisahan, kekuatiran bahkan mungkin sudah sampai pada tingkat kepanikan
mereka menghadapi kemungkinan berulangnya kembali sejarah khilafah.
Konyolnya kamu mengangkat si Dino sebagai tamsil kemustahilan kebangkitan
kembali khilafah. Dinosaurus memang sudah musnah dan tinggal fosil. Tapi
manusia, muslim militan, mujahid dakwah masih eksis hingga sekarang. Calon
khalifah setiap saat bisa lahir dari rahim kaum hawa (ataukah anak-cucu Adam
dan Hawa juga telah musnah seperti Dino?).
Harap
dibedakan tingkatan maknanya antara cita-cita, utopia (khayalan) dan impossible
(mustahil). Cita-cita berarti suatu
target yang secara realitas mampu diraih. Seperti seorang anak yang rajin
belajar bercita-cita kelak jadi doktor. Utopia berarti suatu keinginan yang
secara realitas "nyaris" (99%) tidak mungkin tercapai. Misalnya
Indonesia berencana mencaplok Amerika dalam waktu dekat ini. Sedangkan mustahil
berarti sesuatu yang memang tidak mungkin terjadi. Contohnya kamu ingin hidup
seribu tahun lagi. Bagaimana dengan khilafah? Khilafah sudah pernah terjadi
jadi jelas bisa dan bukan mustahil. Persoalannya tinggallah utopia ataukah
cita-cita.
Khilafah
adalah utopia bila realitas eksternal dan internal ummat Islam --secara
manusiawi-- belum memungkinkan. Dan dia beralih menjadi sebuah cita-cita bila
kualitas dan kuantitas keberagamaan dan keduniawian ummat Islam telah mencapai
taraf tertentu. Nah, berbicara tentang realitas (situasi dan kondisi), hanya
orang dungu yang menyangka realitas tidak bisa berubah secara ekstrim, baik
dalam jangka pendek apalagi panjang.
Saya jadi teringat
dengan ungkapan Albert Einstein ketika --tidak lama setelah Nagasaki dan
Hiroshima dilumat bom atom dalam Perang Dunia Kedua-- ditanya: bisakah anda
memberi gambaran kira-kira bagaimana kemampuan persenjataan bila terjadi PD
III? Dengan mata tajam menerawang dia menjawab: saya tidak mampu menerangkan
bagaimana model senjata PD III; tapi agaknya saya bisa membayangkan senjata apa
yang dipakai di PD IV. Sedikit heran, si penanya tak sabaran: senjata apa itu?
Einstein menjawab dengan ketus dan serius: KAPAK.
Apa maksudnya? Bila PD III benar-benar meletus maka --menurut prediksi Einstein
sang arsitek bom atom-- jarum sejarah ummat manusia akan berputar kembali ke
zaman batu (sebut saja zaman neo-batu). Infrastruktur teknologi dan peradaban
yang dibangun dan dibangga-banggakan sekian lama, hancur tidak bersisa.
Sehingga bila terjadi PD IV (mungkin di zaman neo-perunggu) tidak bisa lain,
orang bersenjatakan kapak perang. Saya tidak ingin ikut-ikutan berprediksi
futuristik bahwa boleh jadi peristiwa Dajjal dipenggal lehernya oleh Nabi Isa
(seperti informasi Nabi) terjadi di zaman itu. Saya hanya ingin mengatakan
bahwa perubahan realitas secara spektakuler adalah hal yang lumrah dan biasa,
bisa terjadi setiap saat. Jangan terpaku dan termangu dengan kebekuan dan
kebuntuan masa kini.
Bayangan
bakal terjadinya perang dunia ketiga dengan model senjata pemusnah (bukan lagi
massal) tapi global merupakan horor yang sangat menakutkan negara-negara
"maju" yang justru mereka sendiri yang membuat dan menyimpannya. Lihatlah
betapa sinting dan rapuhnya peradaban yang katanya maju ini. Lebih bodoh dan
goblok lagi karena mereka pun memandang geliat kebangkitan khilafah sebagai
teror yang tidak kalah menakutkannya. Padahal khilafah merupakan institusi
kepemimpinan ummat Islam yang berlandaskan dan berpedoman dengan aqidah dan
syariat Islam itulah yang akan mengarahkan dunia menuju peradaban yang tidak
hanya mengusung HAM (Hak Asasi Manusia) tapi terlebih lagi menjunjung tinggi
HAT (Hak Asasi Tuhan).
Sekali lagi,
utopia, cita-cita atau realita? Ketiga-tiganya benar pada ruang dan waktunya
masing-masing. Tugas kita sekarang adalah berusaha berislam dengan baik sesuai
Sunnah Nabi dan Sunnah al-Khulafa' ar-Rasyidun serta orang-orang yang
mengikutinya hingga hari kiamat agar khilafah berubah dari utopia menjadi
cita-cita dan seterusnya menjadi realita. Kemungkinan besar kita tidak ikut
menyaksikan terwujudnya khilafah itu, tapi yang penting adalah kita sudah
berada dalam barisan panjang jama'ah muslimin yang ikut memimpikan, mewacanakan,
mengarahkan, merintis hingga membidani lahirnya khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah
di akhir zaman kelak.
Jadi jangan
dihiraukan ocehan orang-orang liberal yang tidak percaya dengan janji-janji
Tuhan dan tidak mengenal yang namanya militansi perjuangan dalam Islam.
Walhasil, apapun yang diomongkan oleh kaum liberal, semua itu hanyalah ekspresi
kebencian dan ketakutan mereka terhadap Islam dan khilafah.