Selasa, 10 Juni 2014

MISI HIDUP DALAM SEBUAH KERJA


Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum ‎jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi ‎bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan ‎dan kuli angkot yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi ‎dan membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa ‎bukan soal, yang terpenting adalah harganya yang luar biasa ‎murah.‎

Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang ‎dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita ‎itu terkekeh menjawab, “Bisa numpang makan dan beli sedikit ‎sabun.” Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali ‎lagi ia terkekeh, “Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa ‎yang mau menyediakan sarapan buat mereka?” katanya sambil ‎menunjukkan para kuli yang kini berlompatan ke atas truk ‎pengantar mereka ke tempat kerja.‎

Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup ‎dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami ‎benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang ‎bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang ‎penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah ‎beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras ‎berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah ‎demikian tugas kita dalam kerja? Menghadirkan secercah ‎kesejahteraan bagi sesama.‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar