Sabtu, 26 April 2014

PENGANTAR FILSAFAT UMUM

RESUME
PENGANTAR FILSAFAT
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Filsafat
Dosen Pembimbing Moh. Fanani, M.Ag.

 










Oleh :
Imam Syafi`i


JURUSAN PEMDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH “MIFTAHUL ULUM”
KEDUNGDUNG MODUNG BANGKALAN
2014
PENGANTAR FILSAFAT


A.    PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan), tahu dengan mendalam atau hikmah.
Orang yang berfilsafat dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam. Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar.[1]
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran/rasio belaka.
1.      Harun Nasution.
Mengemukakan bahwa filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.
2.      Plato (427-347 SM).
Mengemukakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada.
3.      Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato.
Mengemukakan bahwa filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda.
4.      Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)
Mengemukakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya.
5.      Immanuel kant (1724-1804).
Menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup didalamnya 4 persoalan; yaitu:
a.       Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab dengan Metafisika).
b.      Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab dengan etika).
c.       Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab dengan agama).
d.      Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab dengan antropologi).
6.      Harold H.Titus.
Mengemukakan 4 pengertian filsafat; yaitu:
a.       Satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta(Philosophy is anattitude toward life and the universe).
b.      Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah (Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquired).
c.       Filsafat adalah satu perangkat masalah (philosophy is a group pf problems).
d.      Fissafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group of system of though).[2]
7.      Al- Farabi.
Mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud (al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada, bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya. Seorang filosof atau Al-hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajib li-dzatihi), yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
8.      Ikwanushafa.
Bagi golongan ini filsafat itu bertingkat-tingkat. Pertama cinta kepada ilmu, kemudian mengetahui hakikat wujud-wujud menurut kesanggupan manusia dan yang terakhir ialah berkata dan berbuat sesuai ilmu mengenai lapangan filsafat. Mempunyai 4 bagian; yaitu:
a.       Matematika.
b.      Logika.
c.       Fisika.
d.      Ilmu ketuhanan.
Sedangkan ilmu ketuhanan mempunyai 5 bagian; yaitu:
a.       Mengenal Tuhan.
b.      Ilmu kerohanian.
c.       Ilmu kejiwaan.
d.      Ilmu politik.
e.       Ilmu akherat.[3]
9.      Ibnu Sina.
Pembagian filsafat bagi Ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut Ibnu Sina adalah:
a.       Ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu.
b.      Ilmu akhirat (ma’ad), yaitu memperkenalkan kepada kita bahwa manusia ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami siksa dan kesenangan.[4]
10.  Al-Kindi.
Di kalangan kaum muslimin, orang pertama yang memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi. Ia membagi filsafat menjadi 3 bagian; yaitu:
a.       Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda.
b.      Al-ilmu riyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri.
c.       Ilmu rububiyyah (ilmu ketuhanan) tidak berhubungan dengan benda sama sekali.

B.     OBYEK FILSAFAT
1.      Obyek materia filsafat adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat, segala sesuatu yang dimasalahkan dalam filsafat. Ada tiga persoalan pokok; yaitu:
a.       Hakikat Tuhan.
b.      Hakikat alam.
c.       Hakikat manusia.
2.      Obyek Forma Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat.[5]

C.    CABANG- CABANG FILSAFAT
1.      Epistemologi (filsafat pengetahuan).
2.      Etika (filsafat moral).
3.      Estetika (filsafat seni).
4.      Matafisika.
5.      Politik (filsafat pemerintahan).
6.      Filsafat agama.
7.      Filsafat ilmu.
8.      Filsafat pendidikan.
9.      Filsafat hukum.
10.  Filsafat sejarah.
11.  Filsafat matematika.

D.    MOTIVASI TIMBULNYA FILSAFAT
1.      Dongeng.
2.      Keindahan makroskosmos.
3.      Penyebab timbulnya pertanyaan.[6]

E.     FAEDAH MEMPELAJARI FILSAFAT
1.      Terlatih berfikir serius.
2.      Mampu memahami filsafat.
3.      Memungkinkan menjadi filosof.
4.      menjadi warga negara yang baik.[7]
.
F.     CARA MEMPELAJARI FILSAFAT
1.      Metoda sistematis: isi filsafat.
a.       Teori pengetahuan (isme-isme filsafat).
b.      Teori hakikat (aliran-aliran filsafat).
c.       Teori nilai.
2.      Metoda Histeris.
a.       Tokoh dan periode filsafat (sejarah pemikiran).
b.      Periode dan babakan sejafah filsafat.
1)      Ancient philosophy.
2)      Medieval philosophy.
3)      Modern philosophy.
3.      Metoda kritis : tingkat intensif, telah memiliki pengetahuan filsafat, pendekatan sistematis atau histories memahami isi , mengajukan kritik, menentang dukungan dengan pendapat sendiri atau filosof lain.

G.    SISTEMATIS FILSAFAT
1.      Epistemologi (teori pengetahuan).
Cara memperoleh pengetahuan logika dengan cara membentuk pengetahuan itu sendiri.
a.       Empirisme (John Locke 1632-1704).
b.      Rasionalisme (Rene Decartes 1596-1650).
c.       Positivisme (August Compte, 1798-1857).
d.      Intusionisme (Hendri Bergson, 1859-1941).
1)      Sains.
2)      Filsafat logika.
3)      Latihan rasa (intuisi).
2.      Ontologi (teori hakikat).
Pembahasan pengetahuan objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikat.
a.       Aterialisme/naturalism (hakikat benda adalah materi itu sendiri).
Rohani, jiwa, spirit muncul dari benda dan naturalisme tidak mengakui roh , jiwa tentu saja termasuk Tuhan.
b.      Idealisme (hakikat benda adalah rohani dan spirit).
Nilai rohnya lebih tinggi dari badan, manusia tidak dapat memahami dirinya dari pada dunia dirinya.
c.       Dualisme (hakikat benda itu dua, materi dan imateri).
Materi bukan muncul dari roh, roh bukan muncul dari benda, sama-sama hakikatnya.
d.      Skeptisisme.
e.       Agnotisme (manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda).
1)      Kosmologi.
2)      Antropologi.
3)      Theodicea.
4)      Macam-macam filsafat.
3.      Aksiologi (teori nilai).
Guna pengetahuan etika dan estetika (nilat dan guna pengetahuan)
a.       Hedonisme.
Sesuatu dianggap baik jika mengandung kenikmatan bagi manusia (hedon).
b.      Vitalisme.
Baik buruknya ditentukan oleh ada tidaknya kekuatan hidup yang dikandung obyek-obyek yang dinilai, manusia yang kuat, ulet, cerdas adalah manusia yang baik.
c.       Utilitarisme.
Yang baik adalah yang berguna, jumlah kenikmatan-jumlah penderitaan= nilai perbuatan.
d.      Pragmatisma.
Yang baik adalah yang berguna secara praktis dalam kehidupan. Ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu, bukan dilihat secara teoritis.

H.    ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
1.      Empirisme.
Tokoh: John Locke (1632-1704) berasal dari empeiria.
Manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya (pengalaman indrawinya). Metoda ini lemah karena keterbatasan indrawi manusia.
2.      Rasionalisme.
Tokoh: Rene Descartes (1596-1650).
Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap obyek.
3.      Positivisme
Tokoh: August Compte (1798 – 1857).
Pada dasarnya itu sama dengan empirisme plus rasionalisme. Indra ini penting dalam memperoleh pengetahuan terapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
4.      Intuisionisme
Tokoh: Hendri bergson (1859-1941).
Untuk memahami kebenaran yang utuh (keseluruhan) yaitu dengan intuisi (pengetahuan tingkat tinggi). Intuisi ini menangkap obyek secara langsung tanpa melalui pemikiran rasio.




[1] Endang Saifuddin Anshari Ilmu, 1979. Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina ilmu. Hal. 79.
[2] Ibid.
[3] Ahmad hanafi. Hal. 8.
[4] Ibid. Hal. 8-9.
[5] Ibid. Hal. 82-83.
[6] Jujun S Suriasumantri.1993, Filsafat ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka sinar Harapan Hal. 33-34.
[7] Drs. Cecep Sumarna , M,Ag. Filsafat ilmu. Hal. 56-57

Tidak ada komentar:

Posting Komentar