JAM’ AL-QUR’AN
BAB I
PEMBAHASAN
1. Pengertian Jam’ al-Qur’an
a) Pengertian secara etimologi
الأول : معنىالجمعفياللغة .
الجَمْع : مصدرالفعل "جَمَع" ،يقال : جمعالشيءيجمعهجمعا.
Kata al-Jam’u
adalah bentuk masdar dari jama’a yang berarti menggabungkan, menghimpun, atau
mengumpulkan. Dari ungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata Jam’
al-Qur’an dari segi bahasa mempunyai arti menggabungkan atau mengumpulkan
al-Qur’an.
b) Pengertian secara terminologi
Secara terminologi jam’ al-Qur’an memiliki dua arti :
1. Menghafalkan al-Qur’an sebagaimana firman Allah dalam surat
al-Qiyamah ayat 17 yaitu;
2. menulis dan mengumpulkan al-Qur’an sebagaimana ucapan Zaid bin
Tsabit sebagai berikut:
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسفواللخافوصدورالرجال
Jadi ketika
berbicara tentang jam’ al-Qur’an, maka yang dimaksudkan dengan ungkapan ini
adalah pengumpulan wahyu yang diterima nabi melalui kedua cara tersebut.
Istilah ini hanya dipakai pada zaman Nabi, sedangkan pada masa Abu Bakar jam’
al-Qur’an hanya dipakai dalam satu arti yaitu menulis dan mengumpulkan
al-Qur’an, dan pada masa Usman mempunyai arti menyalin mushaf.
Namun
sebenarnya dari dua nama al-Qur’an yang paling populer, kitapun akan memperoleh
dua arti tersebut, yaitu :
1. Al-Qur’an
Nama ini
mengindikasikan kepada arti yang pertama yaitu menghafalkan al-Qur’an karena
lafal al-qur’an berasal dari kata “qoro’a” yang berarti membaca, sebagaimana
firman Allah di atas, yaitu:
إِنَّعَلَيْنَاجَمْعَهُوَقُرْآَنَهُ
2. Al-Kitab
Sedangkan kata
al-Kitab mengindikasikan kepada arti yang kedua yaitu menulis al-Qur’an karena
lafal al-Kitab adalah masdar dari lafal “kataba” yang berarti menulis.
Jadi dua nama
al-Qur’an tersebut sudah mengindikasikan bahwa al-Qur’an harus di rawat baik
secara tulisan maupun hafalan.
2. Pemeliharaan
al-Qur’an
a) Pemeliharaan al-Qur’an di langit
Al-Qur’an
telah di muliakan semenjak berada di langit, di mana hal ini sudah disampaikan
oleh Allah dengan sumpah-Nya yang termaktub dalam al- Qur’an :
“Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian
Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu
Mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,.Pada
Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang
yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamin.”
Dari ayat
tersebut bisa kita fahami bahwa, ketika al-Qur’an berada di langit, Allah telah
memuliakan dan memeliharanya dari syaitan bahkan tidak ada yang dapat
menyentuhnya kecuali malaikat-malaikat yang suci.
b) Pemeliharaan al-Qur’an ketika menuju ke bumi
Allah
memelihara al-Qur’an al-Karim ketika menuju bumi dengan cara menurunkan ruh
yang suci atau malaikat jibril sebagai pembawa al-Qur’an karena al-Qur’an tidak
pantas di bawa oleh ruh yang kotor sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan-
syaitan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun
tidak akan Kuasa”.
Dari ayat di
atas dapat di simpulkan bahwa Al-Qur’an tidak mungkin dibawa oleh syaitan,
al-Qur’an hanya bisa dibawa oleh ruh yang bersih yaitu malaikat .
c) Pemeliharaan al-Qur’an di bumi
Allah
memelihara al-Qur’an di bumi melalui Rasulullah, di mana Rasulullah
memeliharanya dengan sebaik-baiknya dan menyampaikannya kepada umat,
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 16-19:
Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu
untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya
atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)
membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya
itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
Rasulullah
juga sangat antusias dalam mempelajari al-Qur’an di setiap waktu, beliau selalu
membacanya di waktu sholat malam sambil merenungkan makna yang terkandung di
dalamnya, sampai-sampai kedua kakinya pecah akibat banyaknya beribadah kepada
Allah dalam rangka melaksanakan perintah-Nya
3. Penulisan al-Qur’an
Pada Masa Rasulillah
a) Dalil-dalil yang menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada
masa Rosul.
Terdapat beberapa dalil yang
menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada masa Rasul, yaitu:
Kemutlakan
lafadz kitab bagi al-Qur’an dalam beberapa ayat al- Qur’an, salah satunya
adalah firman Allah yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 2: Jadi lafal al Kitab itu menunjukkan bahwa
al-Qur’an itu di tulis.
Penulisan
itu adalah sebuah sifat yang melekat pada al-Qur’an, sebagaimana ditunjukkan
oleh firman Allah yang termaktub dalam surat al-Bayyinah ayat 2-3: Di mana
lafal Mushaf tersebut merupakan jama’ dari lafal shahifah yang artinya lembaran, sedangkan
lembaran adalah tempat untuk menulis.
Banyaknya hadis yang menunjukkan adanya
penulisan al-Qur’an pada masa Rasul, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhari : أنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمنهىأنيُسَافربالقرآنإلىأرضالعدو
Di samping
hadis di atas, masih banyak lagi hadis yang menunjukkan adanya penulisan
al-Qur’an pada masa Nabi.
Adanya izin dari Nabi untuk menulis al-Qur’an,
sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :
أخرجمسلمعنأبيسعيدالخدريرضياللهعنهأنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمقال
:
لاتكتبواعني،ومنكتبعنيغيرالقرآنفليمحه&
Hadis tersebut
menunjukkan adanya larangan Nabi kepada sahabat untuk menulis selain al-Qur’an
sedangkan al-Qur’an di izinkan oleh beliau untuk di tulis.
Nabi mempunyai penulis wahyu.
Adanya petunjuk Nabi kepada para penulis
wahyu untuk meletakkan ayat-ayat al-Qur’an pada tempatnya di sebuah surat,
sebagaimana hadis yang di riwayatkan Imam Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud dan
al-Hakim dari hadis Abdullah
bin Abbas dari Usman bin Affan bahwa Usman berkata :
«كانرسولاللهصلىاللهعليهوسلمممايأتيعليهالزمان،ينزلعليهمنالسورذواتالعدد،فكانإذانزلعليهالشيءيدعوبعضمنيكتبعندهفيقول
: "ضعواهذهفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذا . وينزلعليهالآيةفيقول : ضعواهذهالآيةفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذاوينزلعليهالآياتفيقول
: ضعواهذهالآياتفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذا »
b) Para penulis wahyu
Sebagaimana di
sebutkan pada pembahasan yang sebelumnya bahwa Rasul mempunyai para penulis
wahyu, pada pembahasan kali ini akan di jelaskan tentang nama para penulis
wahyu tersebut. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlahnya, sebagian dari
mereka ada yang mengatakan berjumlah 44 penulis wahyu. Namun yang paling
masyhur sebagai penulis wahyu adalah nama-nama di bawah ini:
Abdullah bin Sa’ad. Dia adalah orang pertama
yang menulis al-Qur’an sewaktu rasul berada di Mekkah tapi kemudian syaitan
menyesatkannya sehingga dia menjadi kafir, namun pada akhirnya dia masuk islam
kembali pada peristiwa fathu Makkah dan kembali menulis wahyu .
Usman bin Affan. Beliau adalah khulafa’ al-Rasyidin yang ke tiga. Allah telah menetapkan kehendaknya tentang
penulisan dan pengumpulan al-Qur’an pada masa beliau.
Ali bin Abi Thalib, khalifah ke empat.
Ubay bin Ka’ab, Dia adalah penulis wahyu
yang pertama sewaktu Rasulullah berada di madinah, di samping itu, beliau juga
ahli dalam bidang tilawah.
Zaid bin Sabit. Dia adalah orang yang
paling banyak menulis al-Qur’an, bahkan Imam Bukhāri menjulukinya sebagai
sekretaris Nabi dalam kitab sahīhnya .
Muawiyah bin Abi Sufyan. Dia menjadi
penulis wahyu setelah ayahnya meminta kepada nabi agar Abu Sufyan dijadikan
sebagai penulis wahyu pada waktu peristiwa Fathu makkah .
Mereka berenam
itulah yang menulis al-Qur’an dan meletakkan tulisannya di kamar Nabi, namun di
samping mereka, masih ada sahabat-sahabat yang lain seperti Abu Bakar, Umar,
Ibn Mas’ud dan lain-lainnya, akan tetapi mereka menulis al-Qur’an hanya untuk
mereka sendiri dan bukan atas perintah Rasulullah.
c) Alat yang dipergunakan untuk menulis wahyu
Para penulis
wahyu menulis al-Qur’an dengan cara dan alat yang sederhana pada waktu itu, di antara
alat yang mereka pergunakan adalah:
1. Potongan kulit hewan, kain, atau daun. Alat ini adalah alat yang
sering dipergunakan oleh mereka.
2. Al-Aktaf atau tulang hewan. Menurut Imam as-Suyuti yang dimaksud
al-Aktaf adalah tulang unta dan kambing .
3. Pelepah kurma.
4. Permukaan batu yang berukuran lebar, sebagaimana ucapan Zaid bin
Tsabit
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسبواللخافوصدورالرجال
5. Pelana unta .
d) Sifat penulisan wahyu pada masa Rasulillah
Pada
pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai sifat-sifat penulisan al-Qur’an
pada masa Nabi:
1.
Al-Qur’an telah tertulis
secara sempurna sebelum nabi wafat.
2.
Perintah Rasulullah SAW
untuk menulis al-Qur’an masih bersifat umum dan tidak harus dikumpulkan dalam
satu mushaf.
3.
Penulisan al-Qur’an
terselesaikan dengan menggunakan alat yang bermacam-macam
4.
Belum tersusun
surat-suratnya.
e) Faktor-faktor tidak adanya pengumpulan al-Qur’an dalam satu
mushaf pada masa Nabi
Pada masa
Rasullah SAW al-Qur’an tidak dikumpulkan dalam satu mushaf dikarenakan beberapa
faktor :
1.
Turunnya al-Qur’an secara
berangsur-angsur.
2.
Urutan ayat al-Qur’an tidak
berdasarkan turunnya ayat tersebut, melainkan berdasarkan apa yang ada di lauh
al-mahfuz, jadi
seandainya al-Qur’an disusun sesuai dengan turunnya ayat, maka akan
bertentangan dengan susunan yang ada di lauh al- mahfuz.
3.
Minimnya tenggang waktu
antara wafatnya Rasulullah dengan ayat yang terakhir kali turun, sehingga waktu
tersebut tidak mencukupi untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf.
4.
Tidak ada alasan yang kuat
untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf seperti faktor yang ada pada
masa Abu Bakar.
4. Pengumpulan
al-Qur’an pada masa Abu Bakar
a) Sebab bimbangnya Abu Bakar dalam menerima pendapat Umar untuk
mengumpulkan al-Qur’an.
Abu Bakar
bimbang dalam menerima pendapat Umar untuk mengumpulkan al-Qur’an, karena
beliau beranggapan bahwa pengumpulan al-Qur’an dalam satu mushaf adalah bid’ah
sehingga beliau hawatir akan terjadi sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh
Rasulullah SAW atau diperintahkannya dan karena itu Abu Bakar berkata ,
"كيفأفعلشيئالميفعلهرسولاللهصلىاللهعليهوسلم؟قالابنبطال : "إنمانفرأبوبكرأولا،ثمزيدبنثابتثانيا،لأنهمالميجدارسولاللهصلىاللهعليهوسلمفعله،فكرهاأنيحلاأنفسهمامحلمنيزيداحتياطهللدينعلىاحتياطالرسول
. Namun Sayyidina Umar bin
Khattab terus memberi support dan berharap agar Sayyidina Abu Bakar dapat
menerima idenya, dan pada akhirnya Sayyidina Abu Bakar menerima usulan Umar
mengingat pentingnya hal tersebut.
b) Sebab pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar.
Adanya
pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar di karenakan kehawatiran para sahabat
akan hilangnya al-Qur’an disebabkan syahidnya para uffadz al-Qur’an dalam
perang Yamamah, jadi menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf akan menjaga
al-Qur’an sampai akhir zaman.
c) Sebab-sebab terpilihnya Zaid bin Tsabit.
Abu bakar
menjelaskan tentang sifat-sifat yang membuatnya memilih Zaid bin Tsabit sebagai
ketua panitia dalam mengumpulkan al-Qur’an sebagamana penjelasan sebagai
berikut :
1.
pemuda yang rajin
2.
Pintar
3.
Tidak fasiq
4.
Salah satu penulis wahyu
Rasulullah
Sahabat yang
lain beranggapan bahwa alasan Abu Bakar dan Usman memilihnya sebagai ketua
panitia ialah karena Zaid bin Tsabit memiliki tulisan yang bagus dan dia pernah
membaca al-Qur’an sebanyak dua kali sebelum nabi wafat.
d) Metode pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Sesudah
khalīfah Abu Bakar menerima usulan untuk pengumpulan al-Qur’an, beliau
memerintah Umar dan Zaid bin Tsabit untuk memulai mengumpulkan al-Qur’an dengan
menggunakan dua metode secara bersamaan, yaitu:
1.
Tulisan yang ditulis pada
masa nabi
2.
Hafalan para sahabat
Dalil yang
menunjukkan tentang dua metode tersebut adalah ucapan Zaid bin Tsabit :
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسبواللخاف،وصدورالرجال
e) Lama waktu pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Pengumpulan
al-Qur’an pada masa Abu Bakar menghabiskan waktu sekitar lima belas bulan yang
dimulai setelah perang Yamamah yang terjadi pada akhir tahun ke 11 H atau pada
awal tahun ke 12 H sampai sebelum wafatnya Abu Bakar yaitu bulan ke enam tahun
13 H, sebagaimana ucapan Zaid bin Tsabit :
فكانتالصحفعندأبيبكرحتىتوفاهالله
f) Penamaan al-Qur’an dengan al-Mushaf
Sesudah Zaid
bin Tsabit menyempurnakan pengumpulan al-Qur’an, beliau Menyebutnya dengan
al-Mushaf. Al-Suyuti meriwayatkan dari Ibn Asytah dia berkata,
"لماجمعواالقرآنفكتبوهفيالورق،قالأبوبكر : التمسوالهاسما،فقالبعضهم: السِّفْروقالبعضهم
: المصحف،فإنالحبشةيسمونهالمصحف . وكانأبوبكرأولمنجمعكتاباللهوسماه "المصحف".
Jadi Abu
Bakarlah yang pertama kali mengumpulkan al-Qur’an dan memberinya nama dengan
mushaf.
5. Pengumpulan
al-Qur’an pada masa Usman
a) Ide untuk mengumpulkan al-Qur’an
Ketika Usman
bin Affan mendengar kabar yang disampaikan oleh Hudzaifah Ibn Yaman, beliau
mengumpulkan sahabat guna bermusyawarah tentang hal tersebut yang kemudian
menghasilkan tiga kesepakatan :
1. Menyalin mushaf yang pertama
2. Mengirimkan salinannya kebeberapa daerah
3. Membakar lembaran-lembaran mushaf yang masih ada di tangan
sahabat.
b) Sebab pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman
Sebab adanya
pengumpulan mushaf pada masa Usman Bin Affan adalah:
1.
Terjadinya perbedaan bacaan
dalam al-Qur’an.
2.
Banyaknya lembaran-lembaran
al-Qur’an yang ada pada sahabat.
c) Metode pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman
Setelah Usman
Bin Affan menetapkan niatnya untuk menetapkan al-Qur’an, kemudian beliau
memberikan prosedur pengumpulannya :
1.
Berpijak pada mushaf yang
dikumpulkan Zaid bin Tsabit pada masa Abu Bakar.
2.
Pengawasan langsung oleh
Usman Bin Affan.
3.
Panitia penulis al-Qur’an
harus merujuk kembali kepada Usman tentang tata cara penulisannya.
4.
Mengkroscek kembali tulisan
mereka kepada para pembesar sahabat dalam hal cara membacanya lebih-lebih dalam
ayat yang banyak cara bacaannya.
d) Penyebaran al-Qur’an ke beberapa daerah
Sesudah
penyalinan al-Qur’an terselesaikan, Usman mengembalikan lembaran al-Qur’an yang
asli kepada Sayyidah Hafshah dan memerintahkan untuk mengirimkan
salinan-salinan mushaf ke beberapa daerah supaya dapat menghilangkan perbedaan
bacaan al-Qur’an di antara mereka, dan beliau sendiri menyimpan satu mushaf
yang di sebut “mushaf al Imam”. Mengenai jumlah salinan mushaf, para Ulama
terjadi perberbedaan pendapat:
1.
Menurut al-Jazzari ada 8
mushaf
2.
Menurut al-Dani ada 4
mushaf.
3.
Menurut Ibn Hajar ada 5
mushaf.
Dari perbedaan
tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas ulama mufakat bahwa salinan mushaf
ada 5 yaitu yang di sebarkan ke Kufah, Bashrah, Syam, Madinah, dan yang di
pegang sendiri oleh Usman. Sedangkan yang masih menjadi perbedaan adalah
Mekkah, Bahrain, dan Yaman.
e) Pembakaran lembaran-lembaran al-Qur’an yang lain, dan respon
positif sahabat.
Setelah Usman
mengirimkan salinan-salinan mushaf ke beberapa daerah, beliau memerintahkan
untuk membakar lembaran-lembaran mushaf yang masih berada di tangan para
sahabat, dan para sahabatpun memberikan respon positif akan hal itu termasuk
Abdullah Ibn Mas’ud walaupun pada awalnya beliau menolaknya.
Pertanyaan
Mengapa al-Quran dikumpulkan
tidak berdasarkan urutan pewahyuan?
Jawaban Detil
Terdapat tiga pendapat sehubungan
dengan pengumpulan al-Quran:
- Ayat-ayat setiap surah tatkala diwahyukan
diturunkan secara sempurna dan sepanjang surah belum lagi tuntas maka
surah yang lain tidak akan dimulai.
- Dari setiap surah terdapat ayat yang diturunkan dan
secara gradual surah-surah akan sempurna. Pertanyaan yang mengemuka di
sini adalah apakah penempatan ayat-ayat dalam beragam surah dilakukan
berdasarkan perintah Rasulullah Saw atau hal ini dilakukan pada masa
sahabat?
- Baik urutan ayat atau urutan surah dalam bentuknya
yang sekarang ini telah berbentuk seperti itu pada masa sahabat.
Pendapat Pertama:
Suyuti dalam al-Ithqan
mengutip sebuah riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw dan kaum Muslim
dengan bermulanya “Bismillahi al-Rahman al-Rahim” menjadi tahu bahwa
surah sebelumnya telah berakhir dan surah setelahnya (baru) bermula.Nukilan ini
secara implisit menunjukkan bahwa pada masa Rasulullah Saw turun dan diwahyukan
secara sempurna. Namun mengingat bahwa ulama bersepakat bahwa pada awal masa bi’tsat
(pengutusan Rasulullah Saw), hanya beberapa ayat permulaan surah al-‘Alaq
yang diturunkan dan terkadang
sebuah ayat diturunkan dan Rasulullah Saw menempatkannya pada surah yang sesuai
dengan konteks ayat tersebut. Karena itu asumsi ini adalah asumsi yang tidak
dapat diandalkan.
Pendapat Kedua:
Sebagaimana
yang telah disebutkan pada bagian pertama, terdapat sejumlah ayat yang
disebutkan dalam sejarah yang ditempatkan sesuai dengan instruksi Rasulullah
Saw. Pada pengumpulan pertama al-Quran yang terjadi pada masa Abu Bakar dan
pada masa pengumpulan kedua al-Quran yang terjadi pada masa Usman tidak satu
pun ayat yang mengalami pemindahan dari satu surah ke surah yang lain dan pada
dasarnya Abu Bakar dan Usman tidak turut campur sehubungan dengan urutan dan
susunan ayat-ayat al-Quran. Meski sebagian surah seperti, “al-Fatiha”
diturunkan secara sempurna, namun sebagian surah, khususnya surah-surah panjang
al-Quran, disuguhkan secara gradual dan terkadang bersamaan (yaitu setiap
jumlah surah yang turun dan secara gradual surah-surah yang dimaksud menjadi
lengkap).
Dalam hal ini,
Thabarsi berkata, “Sehubungan dengan masalah urutan pewahyuan, urutan
surah-surah, pada bagian pendahuluan setiap surah, apabila sebuah surah
diturunkan hingga beberapa ayat, dan sebelum berakhirnya surah tersebut,
terdapat surah lain yang diturunkan dan bahkan beberapa surah lainnya juga
diturunkan secara utuh, kemudian sisa surah pertama diturunkan, maka dalam
kondisi seperti ini standar urutannya (Makkiyah dan Madani) kembali pada
awal-awal pewahyuan setiap surah.”
Karena itu
urutan dan penempatan ayat-ayat pada pelbagai surah dilakukan berdasarkan
instruksi Rasulullah Saw namun pada masa Usman beragam naskah al-Quran dikumpulkan
dan masing-masing siapa yang menetapkan bagian-bagian dari naskahnya yang tidak
terdapat pada naskah al-Quran orang lain harus menghadirkan dua orang saksi
bahwa ayat-ayat ini mereka dengarkan dari Rasulullah Saw sehingga ditempatkan
pada tempatnya.
Pendapat Ketiga:
Sehubungan
dengan urutan ayat-ayat kurang-lebihnya terdapat kesamaan pendapat bahwa urutan
ayat-ayat dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw dan merupakan hal yang
telah ditentukan dari sananya (amr tauqifi). Namun sebagaimana yang
telah disebutkan, sesuai dengan beberapa indikasi, urutan surah-surah,
dilakukan pada masa sahabat. Meski sebagian dari riwayat menunjukkan bahwa
al-Quran telah dikumpulkan juga pada masa Rasulullah Saw yang apabila
pengumpulan ini – yang juga merupakan pendapat kuat - kita terima,
himpunan pengumpulan al-Quran dilakukan dalam tiga tahap: Pada masa Rasulullah
Saw, pada masa Khalifah Pertama dan Khalifah Kedua, terakhir pada masa Khalifah
Ketiga.
Pengumpulan al-Quran
Al-Quran pada
masa Rasulullah Saw dan sesuai dengan instruksi beliau dikumpulkan oleh
sebagian sahabat. Pengumpulan ini adalah Kitab Wahyu. Pada masa Abu Bakar,
lembaran-lembaran yang tersebar dan ayat-ayat yang terpisah-pisah dikumpulkan
di antara lembaran-lembaran (dalam sebuah himpunan yang serupa dengan al-Quran
sekarang ini). Dan pada akhirnya pada masa Usman, lembaran-lembaran beragam
yang berada di tangan orang-orang Arab yang berbeda bacaannya dijadikan sebuah
kitab induk.
Mushaf Imam Ali As
Ali As setelah
wafatnya Rasulullah Saw mulai mengumpulkan al-Quran. Di antara tipologi
al-Quran ini (mushaf) adalah susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah
berdasarkan pewahyuannya.Yaitu surah-surah Makkiyah lebih dulu datangnya
sebelum surah-surah Madani. Namun al-Quran ini tidak diterima oleh sebagian
sahabat yang mengklaim khilafah. Dan pada akhirnya al-Quran sekarang pada
akhirnya dikumpulkan Khalifah Ketiga dan diterima oleh Imam Ali As.
Kesimpulan:
Dengan
memperhatikan beberapa poin di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
- Ayat-ayat al-Quran pada pewahyuan gradual
diturunkan dalam bentuk satu surah utuh dan terkadang beberapa ayat dari
satu surah.
- Dalam pewahyuan ayat-ayat al-Quran, pewahyuan
aksidental di antara ayat-ayat pada setiap surah terdapat perbedaan.
- Beberapa orang dari kalangan sahabat – sesuai
dengan instruksi Rasulullah Saw – tidak mesti harus sesuai dengan urutan
pewahyuan, dengan urutan yang dibuat mereka, mengumpulkan al-Quran.
- Susunan ayat dilakukan berdasarkan instruksi
Rasulullah Saw dan hal ini merupakan masalah tauqifi (sudah ketentuannya
seperti itu).
- Susunan surah-surah sesuai dengan satu pendapat,
dilakukan pada masa sahabat khususnya pada masa Usman.
- Pengumpulan al-Quran pada masa Rasulullah Saw yaitu
penulisan wahyu. Al-Quran pada masa Khalifah Pertamma dan Khalifah Kedua
mengumpulkan al-Quran dari lembaran-lembaran yang berserakan dan
menghimpunnya pada sebuah kumpulan. Dengan pengumpulan al-Quran pada masa
Usman, perbedaan cara baca yang terjadi selama beberapa tahun berhasil
diselesaikan.
- Imam Ali As mengumpulkan al-Quran berdasarkan
urutan pewahyuannya namun karena al-Quran yang dikumpulkan Usman diterima
oleh beliau, demi menjaga persatuan kaum Muslimin, Imam Ali As
meninggalkan al-Quran hasil kumpulannya dan menyimpannya tanpa dapat diakses
oleh orang-orang. [iQuest].
(Diajukan untuk memenuhi tugas)
Dosen : Drs.Haidar dardiri,MEI
Di susun oleh:
ADAM BUKHORI
FAISOL ANWAR
MUSHADDAQ
MAT ROMLI
MOHAMMAD SOLEH
HAKIM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
MIFTAHUL ULUM AL ISLAMI
KEDUNGDUNG BANGKALAN
KEDUNGDUNG BANGKALAN
2014/2015
DAFTAR PUSTAKA
Sumarsono, dkk. 2001. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama.
S3ventyfour. 2012. http://aljurmyahzone.blogspot.com/2012/04/wawasan-islam.html. Di Unduh
Pkl. 17.13 Tanggal 23 November 2012.
Zubaidi, H. Achmad,
dkk.2002.PENDIDIKAN ISLAM. Yogyakarta:
Paradigma.
http://www.tugaskuliah.info/2010/03/makalah-ketahanan-ISLAM pendidikan.html
http://www.organisasi.org
http://www.naynienay.wordpress.com
Pendidikan islam, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2007
dipostkan Oleh : Ibnu Hasan
Hasibun
dipostkan Oleh : Faried Pradhana
Putra
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah Ulumul qur’an. Makalah ini berisikan tentang informasi yang menjelaskan
tentang jam’al
Quran.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak khususnya dosen kami Bapak haidar
Mpdi.
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Dan kami sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita .
amin…
amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar