Sabtu, 26 April 2014

MAKALAH JAM'UL QUR'AN

JAM’ AL-QUR’AN
BAB I
PEMBAHASAN

1. Pengertian Jam’ al-Qur’an
a)      Pengertian secara etimologi
الأول : معنىالجمعفياللغة .
الجَمْع : مصدرالفعل "جَمَع" ،يقال : جمعالشيءيجمعهجمعا.

Kata al-Jam’u adalah bentuk masdar dari jama’a yang berarti menggabungkan, menghimpun, atau mengumpulkan. Dari ungkapkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kata Jam’ al-Qur’an dari segi bahasa mempunyai arti menggabungkan atau mengumpulkan al-Qur’an.
b)      Pengertian secara terminologi
Secara terminologi jam’ al-Qur’an memiliki dua arti :
1. Menghafalkan al-Qur’an sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 17 yaitu;
2. menulis dan mengumpulkan al-Qur’an sebagaimana ucapan Zaid bin Tsabit sebagai berikut:
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسفواللخافوصدورالرجال
Jadi ketika berbicara tentang jam’ al-Qur’an, maka yang dimaksudkan dengan ungkapan ini adalah pengumpulan wahyu yang diterima nabi melalui kedua cara tersebut. Istilah ini hanya dipakai pada zaman Nabi, sedangkan pada masa Abu Bakar jam’ al-Qur’an hanya dipakai dalam satu arti yaitu menulis dan mengumpulkan al-Qur’an, dan pada masa Usman mempunyai arti menyalin mushaf.
Namun sebenarnya dari dua nama al-Qur’an yang paling populer, kitapun akan memperoleh dua arti tersebut, yaitu :
1. Al-Qur’an
Nama ini mengindikasikan kepada arti yang pertama yaitu menghafalkan al-Qur’an karena lafal al-qur’an berasal dari kata “qoro’a” yang berarti membaca, sebagaimana firman Allah di atas, yaitu:
إِنَّعَلَيْنَاجَمْعَهُوَقُرْآَنَهُ
2. Al-Kitab
Sedangkan kata al-Kitab mengindikasikan kepada arti yang kedua yaitu menulis al-Qur’an karena lafal al-Kitab adalah masdar dari lafal “kataba” yang berarti menulis.
Jadi dua nama al-Qur’an tersebut sudah mengindikasikan bahwa al-Qur’an harus di rawat baik secara tulisan maupun hafalan.
2. Pemeliharaan al-Qur’an
a)      Pemeliharaan al-Qur’an di langit
Al-Qur’an telah di muliakan semenjak berada di langit, di mana hal ini sudah disampaikan oleh Allah dengan sumpah-Nya yang termaktub dalam al- Qur’an :
Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,.Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamin.”
Dari ayat tersebut bisa kita fahami bahwa, ketika al-Qur’an berada di langit, Allah telah memuliakan dan memeliharanya dari syaitan bahkan tidak ada yang dapat menyentuhnya kecuali malaikat-malaikat yang suci.
b)      Pemeliharaan al-Qur’an ketika menuju ke bumi
Allah memelihara al-Qur’an al-Karim ketika menuju bumi dengan cara menurunkan ruh yang suci atau malaikat jibril sebagai pembawa al-Qur’an karena al-Qur’an tidak pantas di bawa oleh ruh yang kotor sebagaimana firman Allah SWT:
Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan- syaitan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan Kuasa”.
Dari ayat di atas dapat di simpulkan bahwa Al-Qur’an tidak mungkin dibawa oleh syaitan, al-Qur’an hanya bisa dibawa oleh ruh yang bersih yaitu malaikat .
c)       Pemeliharaan al-Qur’an di bumi
Allah memelihara al-Qur’an di bumi melalui Rasulullah, di mana Rasulullah memeliharanya dengan sebaik-baiknya dan menyampaikannya kepada umat, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qiyamah ayat 16-19:
 Artinya : Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya.
Rasulullah juga sangat antusias dalam mempelajari al-Qur’an di setiap waktu, beliau selalu membacanya di waktu sholat malam sambil merenungkan makna yang terkandung di dalamnya, sampai-sampai kedua kakinya pecah akibat banyaknya beribadah kepada Allah dalam rangka melaksanakan perintah-Nya
3. Penulisan al-Qur’an Pada Masa Rasulillah
a)      Dalil-dalil yang menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada masa Rosul.
Terdapat beberapa dalil yang menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada masa Rasul, yaitu:
Kemutlakan lafadz kitab bagi al-Qur’an dalam beberapa ayat al- Qur’an, salah satunya adalah firman Allah yang termaktub dalam surat al-Baqarah ayat 2:  Jadi lafal al Kitab itu menunjukkan bahwa al-Qur’an itu di tulis.
                 Penulisan itu adalah sebuah sifat yang melekat pada al-Qur’an, sebagaimana ditunjukkan oleh firman Allah yang termaktub dalam surat al-Bayyinah ayat 2-3: Di mana lafal Mushaf tersebut merupakan jama’ dari lafal shahifah yang artinya lembaran, sedangkan lembaran adalah tempat untuk menulis.
                 Banyaknya hadis yang menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada masa Rasul, diantaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :                                                          أنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمنهىأنيُسَافربالقرآنإلىأرضالعدو                                                          
Di samping hadis di atas, masih banyak lagi hadis yang menunjukkan adanya penulisan al-Qur’an pada masa Nabi.
                 Adanya izin dari Nabi untuk menulis al-Qur’an, sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim :                                                                                                                                         أخرجمسلمعنأبيسعيدالخدريرضياللهعنهأنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمقال
: لاتكتبواعني،ومنكتبعنيغيرالقرآنفليمحه&                                                                                                                               
Hadis tersebut menunjukkan adanya larangan Nabi kepada sahabat untuk menulis selain al-Qur’an sedangkan al-Qur’an di izinkan oleh beliau untuk di tulis.
   
Nabi mempunyai penulis wahyu.
    Adanya petunjuk Nabi kepada para penulis wahyu untuk meletakkan ayat-ayat al-Qur’an pada tempatnya di sebuah surat, sebagaimana hadis yang di riwayatkan Imam Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud dan al-Hakim dari hadis Abdullah bin Abbas dari Usman bin Affan bahwa Usman berkata :
«كانرسولاللهصلىاللهعليهوسلمممايأتيعليهالزمان،ينزلعليهمنالسورذواتالعدد،فكانإذانزلعليهالشيءيدعوبعضمنيكتبعندهفيقول : "ضعواهذهفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذا . وينزلعليهالآيةفيقول : ضعواهذهالآيةفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذاوينزلعليهالآياتفيقول : ضعواهذهالآياتفيالسورةالتييذكرفيهاكذاوكذا »
b)      Para penulis wahyu
Sebagaimana di sebutkan pada pembahasan yang sebelumnya bahwa Rasul mempunyai para penulis wahyu, pada pembahasan kali ini akan di jelaskan tentang nama para penulis wahyu tersebut. Para ulama berbeda pendapat tentang jumlahnya, sebagian dari mereka ada yang mengatakan berjumlah 44 penulis wahyu. Namun yang paling masyhur sebagai penulis wahyu adalah nama-nama di bawah ini:
 Abdullah bin Sa’ad. Dia adalah orang pertama yang menulis al-Qur’an sewaktu rasul berada di Mekkah tapi kemudian syaitan menyesatkannya sehingga dia menjadi kafir, namun pada akhirnya dia masuk islam kembali pada peristiwa fathu Makkah dan kembali menulis wahyu .
    Usman bin Affan. Beliau adalah khulafa’ al-Rasyidin yang ke tiga. Allah telah menetapkan kehendaknya tentang penulisan dan pengumpulan al-Qur’an pada masa beliau.
    Ali bin Abi Thalib, khalifah ke empat.
    Ubay bin Ka’ab, Dia adalah penulis wahyu yang pertama sewaktu Rasulullah berada di madinah, di samping itu, beliau juga ahli dalam bidang tilawah.
    Zaid bin Sabit. Dia adalah orang yang paling banyak menulis al-Qur’an, bahkan Imam Bukhāri menjulukinya sebagai sekretaris Nabi dalam kitab sahīhnya .
    Muawiyah bin Abi Sufyan. Dia menjadi penulis wahyu setelah ayahnya meminta kepada nabi agar Abu Sufyan dijadikan sebagai penulis wahyu pada waktu peristiwa Fathu makkah .
Mereka berenam itulah yang menulis al-Qur’an dan meletakkan tulisannya di kamar Nabi, namun di samping mereka, masih ada sahabat-sahabat yang lain seperti Abu Bakar, Umar, Ibn Mas’ud dan lain-lainnya, akan tetapi mereka menulis al-Qur’an hanya untuk mereka sendiri dan bukan atas perintah Rasulullah.
c)       Alat yang dipergunakan untuk menulis wahyu
Para penulis wahyu menulis al-Qur’an dengan cara dan alat yang sederhana pada waktu itu, di antara alat yang mereka pergunakan adalah:
1. Potongan kulit hewan, kain, atau daun. Alat ini adalah alat yang sering dipergunakan oleh mereka.
2. Al-Aktaf atau tulang hewan. Menurut Imam as-Suyuti yang dimaksud al-Aktaf adalah tulang unta dan kambing .
3. Pelepah kurma.
4. Permukaan batu yang berukuran lebar, sebagaimana ucapan Zaid bin Tsabit
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسبواللخافوصدورالرجال
5. Pelana unta .

d)      Sifat penulisan wahyu pada masa Rasulillah
Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai sifat-sifat penulisan al-Qur’an pada masa Nabi:
1.       Al-Qur’an telah tertulis secara sempurna sebelum nabi wafat.
2.       Perintah Rasulullah SAW untuk menulis al-Qur’an masih bersifat umum dan tidak harus dikumpulkan dalam satu mushaf.
3.       Penulisan al-Qur’an terselesaikan dengan menggunakan alat yang bermacam-macam
4.       Belum tersusun surat-suratnya.

e)      Faktor-faktor tidak adanya pengumpulan al-Qur’an dalam satu mushaf pada masa Nabi
Pada masa Rasullah SAW al-Qur’an tidak dikumpulkan dalam satu mushaf dikarenakan beberapa faktor :
1.       Turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur.
2.       Urutan ayat al-Qur’an tidak berdasarkan turunnya ayat tersebut, melainkan berdasarkan apa yang ada di lauh al-mahfuz, jadi seandainya al-Qur’an disusun sesuai dengan turunnya ayat, maka akan bertentangan dengan susunan yang ada di lauh al- mahfuz.
3.       Minimnya tenggang waktu antara wafatnya Rasulullah dengan ayat yang terakhir kali turun, sehingga waktu tersebut tidak mencukupi untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf.
4.       Tidak ada alasan yang kuat untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf seperti faktor yang ada pada masa Abu Bakar.

4. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
a)      Sebab bimbangnya Abu Bakar dalam menerima pendapat Umar untuk mengumpulkan al-Qur’an.
Abu Bakar bimbang dalam menerima pendapat Umar untuk mengumpulkan al-Qur’an, karena beliau beranggapan bahwa pengumpulan al-Qur’an dalam satu mushaf adalah bid’ah sehingga beliau hawatir akan terjadi sesuatu yang belum pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW atau diperintahkannya dan karena itu Abu Bakar berkata ,
"كيفأفعلشيئالميفعلهرسولاللهصلىاللهعليهوسلم؟قالابنبطال : "إنمانفرأبوبكرأولا،ثمزيدبنثابتثانيا،لأنهمالميجدارسولاللهصلىاللهعليهوسلمفعله،فكرهاأنيحلاأنفسهمامحلمنيزيداحتياطهللدينعلىاحتياطالرسول
. Namun Sayyidina Umar bin Khattab terus memberi support dan berharap agar Sayyidina Abu Bakar dapat menerima idenya, dan pada akhirnya Sayyidina Abu Bakar menerima usulan Umar mengingat pentingnya hal tersebut.
b)      Sebab pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar.
Adanya pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar di karenakan kehawatiran para sahabat akan hilangnya al-Qur’an disebabkan syahidnya para uffadz al-Qur’an dalam perang Yamamah, jadi menghimpun al-Qur’an dalam satu mushaf akan menjaga al-Qur’an sampai akhir zaman.
c)       Sebab-sebab terpilihnya Zaid bin Tsabit.
Abu bakar menjelaskan tentang sifat-sifat yang membuatnya memilih Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia dalam mengumpulkan al-Qur’an sebagamana penjelasan sebagai berikut :
1.       pemuda yang rajin
2.       Pintar
3.       Tidak fasiq
4.       Salah satu penulis wahyu Rasulullah
Sahabat yang lain beranggapan bahwa alasan Abu Bakar dan Usman memilihnya sebagai ketua panitia ialah karena Zaid bin Tsabit memiliki tulisan yang bagus dan dia pernah membaca al-Qur’an sebanyak dua kali sebelum nabi wafat.

d)      Metode pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Sesudah khalīfah Abu Bakar menerima usulan untuk pengumpulan al-Qur’an, beliau memerintah Umar dan Zaid bin Tsabit untuk memulai mengumpulkan al-Qur’an dengan menggunakan dua metode secara bersamaan, yaitu:
1.       Tulisan yang ditulis pada masa nabi
2.       Hafalan para sahabat
Dalil yang menunjukkan tentang dua metode tersebut adalah ucapan Zaid bin Tsabit :
فتتبعتالقرآنأجمعهمنالعسبواللخاف،وصدورالرجال
e)      Lama waktu pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar
Pengumpulan al-Qur’an pada masa Abu Bakar menghabiskan waktu sekitar lima belas bulan yang dimulai setelah perang Yamamah yang terjadi pada akhir tahun ke 11 H atau pada awal tahun ke 12 H sampai sebelum wafatnya Abu Bakar yaitu bulan ke enam tahun 13 H, sebagaimana ucapan Zaid bin Tsabit :
فكانتالصحفعندأبيبكرحتىتوفاهالله
f)       Penamaan al-Qur’an dengan al-Mushaf
Sesudah Zaid bin Tsabit menyempurnakan pengumpulan al-Qur’an, beliau Menyebutnya dengan al-Mushaf. Al-Suyuti meriwayatkan dari Ibn Asytah dia berkata,
"لماجمعواالقرآنفكتبوهفيالورق،قالأبوبكر : التمسوالهاسما،فقالبعضهم: السِّفْروقالبعضهم : المصحف،فإنالحبشةيسمونهالمصحف . وكانأبوبكرأولمنجمعكتاباللهوسماه "المصحف".
Jadi Abu Bakarlah yang pertama kali mengumpulkan al-Qur’an dan memberinya nama dengan mushaf.
5. Pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman
a)      Ide untuk mengumpulkan al-Qur’an
Ketika Usman bin Affan mendengar kabar yang disampaikan oleh Hudzaifah Ibn Yaman, beliau mengumpulkan sahabat guna bermusyawarah tentang hal tersebut yang kemudian menghasilkan tiga kesepakatan :
1.       Menyalin mushaf yang pertama
2.       Mengirimkan salinannya kebeberapa daerah
3.       Membakar lembaran-lembaran mushaf yang masih ada di tangan sahabat.
b)      Sebab pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman
Sebab adanya pengumpulan mushaf pada masa Usman Bin Affan adalah:
1.       Terjadinya perbedaan bacaan dalam al-Qur’an.
2.       Banyaknya lembaran-lembaran al-Qur’an yang ada pada sahabat.
c)       Metode pengumpulan al-Qur’an pada masa Usman
Setelah Usman Bin Affan menetapkan niatnya untuk menetapkan al-Qur’an, kemudian beliau memberikan prosedur pengumpulannya :
1.       Berpijak pada mushaf yang dikumpulkan Zaid bin Tsabit pada masa Abu Bakar.
2.       Pengawasan langsung oleh Usman Bin Affan.
3.       Panitia penulis al-Qur’an harus merujuk kembali kepada Usman tentang tata cara penulisannya.
4.       Mengkroscek kembali tulisan mereka kepada para pembesar sahabat dalam hal cara membacanya lebih-lebih dalam ayat yang banyak cara bacaannya.

d)      Penyebaran al-Qur’an ke beberapa daerah
Sesudah penyalinan al-Qur’an terselesaikan, Usman mengembalikan lembaran al-Qur’an yang asli kepada Sayyidah Hafshah dan memerintahkan untuk mengirimkan salinan-salinan mushaf ke beberapa daerah supaya dapat menghilangkan perbedaan bacaan al-Qur’an di antara mereka, dan beliau sendiri menyimpan satu mushaf yang di sebut “mushaf al Imam”. Mengenai jumlah salinan mushaf, para Ulama terjadi perberbedaan pendapat:
1.       Menurut al-Jazzari ada 8 mushaf
2.       Menurut al-Dani ada 4 mushaf.
3.       Menurut Ibn Hajar ada 5 mushaf.
Dari perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas ulama mufakat bahwa salinan mushaf ada 5 yaitu yang di sebarkan ke Kufah, Bashrah, Syam, Madinah, dan yang di pegang sendiri oleh Usman. Sedangkan yang masih menjadi perbedaan adalah Mekkah, Bahrain, dan Yaman.
e)      Pembakaran lembaran-lembaran al-Qur’an yang lain, dan respon positif sahabat.
Setelah Usman mengirimkan salinan-salinan mushaf ke beberapa daerah, beliau memerintahkan untuk membakar lembaran-lembaran mushaf yang masih berada di tangan para sahabat, dan para sahabatpun memberikan respon positif akan hal itu termasuk Abdullah Ibn Mas’ud walaupun pada awalnya beliau menolaknya.
Pertanyaan
Mengapa al-Quran dikumpulkan tidak berdasarkan urutan pewahyuan?
Jawaban Detil
Terdapat tiga pendapat sehubungan dengan pengumpulan al-Quran:
  1. Ayat-ayat setiap surah tatkala diwahyukan diturunkan secara sempurna dan sepanjang surah belum lagi tuntas maka surah yang lain tidak akan dimulai.
  2. Dari setiap surah terdapat ayat yang diturunkan dan secara gradual surah-surah akan sempurna. Pertanyaan yang mengemuka di sini adalah apakah penempatan ayat-ayat dalam beragam surah dilakukan berdasarkan perintah Rasulullah Saw atau hal ini dilakukan pada masa sahabat?
  3. Baik urutan ayat atau urutan surah dalam bentuknya yang sekarang ini telah berbentuk seperti itu pada masa sahabat.

Pendapat Pertama:
Suyuti dalam al-Ithqan mengutip sebuah riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah Saw dan kaum Muslim dengan bermulanya “Bismillahi al-Rahman al-Rahim” menjadi tahu bahwa surah sebelumnya telah berakhir dan surah setelahnya (baru) bermula.Nukilan ini secara implisit menunjukkan bahwa pada masa Rasulullah Saw turun dan diwahyukan secara sempurna. Namun mengingat bahwa ulama bersepakat bahwa pada awal masa bi’tsat (pengutusan Rasulullah Saw), hanya beberapa ayat permulaan surah al-‘Alaq yang diturunkan dan terkadang sebuah ayat diturunkan dan Rasulullah Saw menempatkannya pada surah yang sesuai dengan konteks ayat tersebut. Karena itu asumsi ini adalah asumsi yang tidak dapat diandalkan.
 Pendapat Kedua:
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bagian pertama, terdapat sejumlah ayat yang disebutkan dalam sejarah yang ditempatkan sesuai dengan instruksi Rasulullah Saw. Pada pengumpulan pertama al-Quran yang terjadi pada masa Abu Bakar dan pada masa pengumpulan kedua al-Quran yang terjadi pada masa Usman tidak satu pun ayat yang mengalami pemindahan dari satu surah ke surah yang lain dan pada dasarnya Abu Bakar dan Usman tidak turut campur sehubungan dengan urutan dan susunan ayat-ayat al-Quran. Meski sebagian surah seperti, “al-Fatiha” diturunkan secara sempurna, namun sebagian surah, khususnya surah-surah panjang al-Quran, disuguhkan secara gradual dan terkadang bersamaan (yaitu setiap jumlah surah yang turun dan secara gradual surah-surah yang dimaksud menjadi lengkap).
Dalam hal ini, Thabarsi berkata, “Sehubungan dengan masalah urutan pewahyuan, urutan surah-surah, pada bagian pendahuluan setiap surah, apabila sebuah surah diturunkan hingga beberapa ayat, dan sebelum berakhirnya surah tersebut, terdapat surah lain yang diturunkan dan bahkan beberapa surah lainnya juga diturunkan secara utuh, kemudian sisa surah pertama diturunkan, maka dalam kondisi seperti ini standar urutannya (Makkiyah dan Madani) kembali pada awal-awal pewahyuan setiap surah.”
Karena itu urutan dan penempatan ayat-ayat pada pelbagai surah dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw namun pada masa Usman beragam naskah al-Quran dikumpulkan dan masing-masing siapa yang menetapkan bagian-bagian dari naskahnya yang tidak terdapat pada naskah al-Quran orang lain harus menghadirkan dua orang saksi bahwa ayat-ayat ini mereka dengarkan dari Rasulullah Saw sehingga ditempatkan pada tempatnya.
 Pendapat Ketiga:
Sehubungan dengan urutan ayat-ayat kurang-lebihnya terdapat kesamaan pendapat bahwa urutan ayat-ayat dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw dan merupakan hal yang telah ditentukan dari sananya (amr tauqifi). Namun sebagaimana yang telah disebutkan, sesuai dengan beberapa indikasi, urutan surah-surah, dilakukan pada masa sahabat. Meski sebagian dari riwayat menunjukkan bahwa al-Quran telah dikumpulkan juga pada masa Rasulullah Saw yang apabila pengumpulan ini – yang juga merupakan pendapat kuat -  kita terima, himpunan pengumpulan al-Quran dilakukan dalam tiga tahap: Pada masa Rasulullah Saw, pada masa Khalifah Pertama dan Khalifah Kedua, terakhir pada masa Khalifah Ketiga.
 Pengumpulan al-Quran
Al-Quran pada masa Rasulullah Saw dan sesuai dengan instruksi beliau dikumpulkan oleh sebagian sahabat. Pengumpulan ini adalah Kitab Wahyu. Pada masa Abu Bakar, lembaran-lembaran yang tersebar dan ayat-ayat yang terpisah-pisah dikumpulkan di antara lembaran-lembaran (dalam sebuah himpunan yang serupa dengan al-Quran sekarang ini). Dan pada akhirnya pada masa Usman, lembaran-lembaran beragam yang berada di tangan orang-orang Arab yang berbeda bacaannya dijadikan sebuah kitab induk.
 Mushaf Imam Ali As
Ali As setelah wafatnya Rasulullah Saw mulai mengumpulkan al-Quran. Di antara tipologi al-Quran ini (mushaf) adalah susunan tepat ayat-ayat dan surah-surah berdasarkan pewahyuannya.Yaitu surah-surah Makkiyah lebih dulu datangnya sebelum surah-surah Madani. Namun al-Quran ini tidak diterima oleh sebagian sahabat yang mengklaim khilafah. Dan pada akhirnya al-Quran sekarang pada akhirnya dikumpulkan Khalifah Ketiga dan diterima oleh Imam Ali As.
 Kesimpulan:
Dengan memperhatikan beberapa poin di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  1. Ayat-ayat al-Quran pada pewahyuan gradual diturunkan dalam bentuk satu surah utuh dan terkadang beberapa ayat dari satu surah.
  2. Dalam pewahyuan ayat-ayat al-Quran, pewahyuan aksidental di antara ayat-ayat pada setiap surah terdapat perbedaan.
  3. Beberapa orang dari kalangan sahabat – sesuai dengan instruksi Rasulullah Saw – tidak mesti harus sesuai dengan urutan pewahyuan, dengan urutan yang dibuat mereka, mengumpulkan al-Quran.
  4. Susunan ayat dilakukan berdasarkan instruksi Rasulullah Saw dan hal ini merupakan masalah tauqifi (sudah ketentuannya seperti itu).
  5. Susunan surah-surah sesuai dengan satu pendapat, dilakukan pada masa sahabat khususnya pada masa Usman.
  6. Pengumpulan al-Quran pada masa Rasulullah Saw yaitu penulisan wahyu. Al-Quran pada masa Khalifah Pertamma dan Khalifah Kedua mengumpulkan al-Quran dari lembaran-lembaran yang berserakan dan menghimpunnya pada sebuah kumpulan. Dengan pengumpulan al-Quran pada masa Usman, perbedaan cara baca yang terjadi selama beberapa tahun berhasil diselesaikan.
  7. Imam Ali As mengumpulkan al-Quran berdasarkan urutan pewahyuannya namun karena al-Quran yang dikumpulkan Usman diterima oleh beliau, demi menjaga persatuan kaum Muslimin, Imam Ali As meninggalkan al-Quran hasil kumpulannya dan menyimpannya tanpa dapat diakses oleh orang-orang. [iQuest].



























MAKALAH
(Diajukan untuk memenuhi tugas)
Mata kuliah : ULUMUL QUR’AN
Dosen : Drs.Haidar dardiri,MEI







Di susun oleh:
ADAM BUKHORI
FAISOL ANWAR
MUSHADDAQ
MAT ROMLI
MOHAMMAD SOLEH
HAKIM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MIFTAHUL ULUM AL ISLAMI
KEDUNGDUNG BANGKALAN
2014/2015



DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono, dkk. 2001. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

S3ventyfour. 2012. http://aljurmyahzone.blogspot.com/2012/04/wawasan-islam.html. Di Unduh Pkl. 17.13 Tanggal 23 November 2012.

Zubaidi, H. Achmad, dkk.2002.PENDIDIKAN ISLAM. Yogyakarta: Paradigma.

http://www.tugaskuliah.info/2010/03/makalah-ketahanan-ISLAM pendidikan.html

 http://www.organisasi.org

http://www.naynienay.wordpress.com
Pendidikan islam, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta,2007
dipostkan Oleh : Ibnu Hasan Hasibun
dipostkan Oleh : Faried Pradhana Putra












KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim ,  puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia NYA kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah Ulumul qur’an. Makalah ini berisikan tentang informasi yang menjelaskan tentang  jam’al Quran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak khususnya dosen kami Bapak haidar  Mpdi. yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini .
Dan kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita .
 amin