Sabtu, 26 April 2014

TASYRIF FIIL MADHI DAN I'RABNYA

MAKALAH
TASHRIF FI’IL MADLI DAN I’RABNYA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pembimbing : Moh. Ayyub Mustofa, MA.









Disusun Oleh :
Siti Rahmah
Siti Rohmah
Siti Rif’atun Hasanah
Syahlatul Qawiyah
Syahril Abdillah
Syakroni

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
 “MIFTAHUL ULUM”
KEDUNGDUNG MODUNG BANGKALAN
2014
PEMBAHASAN
TASHRIF FI’IL MADLI DAN I’RABNYA

A.    Pengertian Tashrif, Fi’il Madli dan I’rab
Adapun pengertiannya sebagai berikut:
1.      Pengertian Tashrif
اِعْلَمْ اَََنَّ التَّصْرِيْفَ فِي اللُّغَةِ التَّغْيِيْرُ وَفِي الصَّنَاعَةِ تَحْوِيْلُ اْلأَصْلِ الْوَاحِدِ إِلَى أَمْثِلَةٍ مُخْتَلِفَةٍ لِمَعَانٍ مَقْصُوْدَةٍ لاَ تَحْصُلُ اِلاَّ بِهَا
Ketahuilah, bahwa yang dinamakan Tashrif  menurut bahasa: Perubahan dan menurut Istilah: mengubah asal bentuk kalimat yang satu kepada model-model bentuk yang berbeda-beda, untuk menghasilkan makna-makna yang diharapkan/yang dimaksud/yang dituju, yang tidak akan berhasil melainkan dengan cara itu (model model bentuk tersebut).[1]
Dalam Ilmu Shorof, Para Ulama telah membagi tashrif ini menjadi dua macam: yaitu:[2]
a.       Tashrif Lughawi
Tashrif lughawi adalah berubah atau mengubah dari bentuk aslinya kepada bentuk yang lain.
Contoh:  فعل  فعلا فعلوا 
b.      Tashrif Istilahi
Tashrif istilahi adalah berubahnya bentuk asal dari fi’il madhi ke bentuk fi’il mudhore’, mashdar dan seterusnya.
Contoh:   فعل  يفعل  فعلا
Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui bentuk (shighot) dari suatu kalimat agar memperoleh makna atau arti yang berbeda. Yang diikuti adalah wazan (timbangan) dan yang mengikuti adalah mauzun (yang ditimbang).
Contoh:             فعل        = wazan
              نصر     = mauzun
Keterangan:
ن        = fa’ fi’il
ص      =ain fi’il
ر         = lam fi’il
Dengan demikian ilmu yang mempelajari berbagai macam betuk perubahan kata, asal usul kata atau keadaannya dinamakan Ilmu Shorof. Ilmu Shorof itu dinamakan dengan Umul Ulum (induknya ilmu) karena dari Ilmu shorof itu kita dapat mengetahui berbagai macam bentuk perubahan yang antar kata satu dengan yang lainnya mempunyai arti berbeda.

2.      Pengertian Fi’il  Madhi
ما دل على حدث مضى وإنقضى ,وعلامته أن تقبل تاء التأنيث الساكنة
Lafazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah sering dimasuki ta’ ta’nis yang di-sukun-kan.[3]
Contoh:   علم - علمت ,  نصر- نصرت.
Adapun fi’l madhi dapat diketahui dengan tanda-tandanya.
فالماضى مفتوح الاخر ابدا
Fi’il mdhi selamanya di-fathah-kan huruf akhirnya.
Contoh:   أكرم ,  حسن ,  ضرب , علم ,  نصر.
Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan di-fathah-kan huruf akhir-nya ialah fathah secara lafazh seperti contoh di atas dan fathah secara perkiraan, seperti:   دعى ,  نهى ,  رمى , fathah huruf akhir-nya itu harus diperkirakan apabila bertemu dengan dhamir marfu’ (dhamir yang di-rafa’-kan) karena menjadi fa’il-nya, seperti:   عرفت ,  نصرت ,  فعلت.[4]
Kata nazhim:
فالماضى مفتوح الاخر إن قطع  -  عن مضمر محرك به رفع
Fi’il madhi itu selalu di-fathah-kan huruf akhirnya jika terlepas dari dhamir mutaharrik yang di-rafa’-kan. [5]
Adapun fi’il madhi dibagi menjadi dua bagian; yaitu:[6]
a.      Menerima tashrif
Contoh:   أكرم ,  حسن ,  ضرب , علم ,  نصر
b.      Tidak menerima tashrif
Contoh:   عسى ,  ليس ,  بئس ,  نعم
Seperti dalam ayat Al-Qur’an:[7]
نعم العبد إنه أواب . (ص : 44).
Dialah (Ayyub) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Rabbnya). (Shaad: 44).
بئس الإسم الفسوق بعد الإيمان . (الحجرات : 11).
Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. (Al-Hujurat: 11).

3.      Pengertian  I’rab
Secara etimologi I’rab yaitu:   تغيير   (berubah), dan secara terminologi yaitu:
تغيير أواخر الكلم لإختلاف العوامل الداخلة عليها لفظا أو تقديرا
Perubhan pada akhir kalimat karena kemasukan ‘amil yang berbeda-beda, baik secara lafazh maupun perkiraan.[8]
Contoh secara lafazh:           جاء زيد              (zaid telah datang).
رأيت زيدا             (saya telah melihat zaid).
مررت بزيد           (saya telah berjalan dengan bertemu zaid).
Contoh secara perkiraan:         جاء الفتى         (pemuda itu telah datang).
رأيت الفتى       (saya telah melihat pemuda itu).
مررت بالفتى    (saya telah berjalan dengan bertemu pemuda itu).

B.     Tashrif Fi’il Madli
Adapun tashrif lughowi fi’il madhi dibagi menjadi dua bagian; yaitu:[9]
1.      Mabni fa’il
فالمبنى للفاعل منه ما كان أوله مفتوحا أو كان أول متحرك منه مفتوحا
Maka apabila mabni fa’il huruf pertamanya dibaca fathah atau huruf pertamanya berharakat fathah.[10]
Contoh:   فعل , فعلل , أفعل , فوعل
Keterangan:
Jangan mempertimbangkan harakat alif pada permulaannya, sebab itu merupakan huruf tambahan (dibaca apabila di awal pengucapan dan gugur apabila di tengah-tengah pengucapan).
Contoh:   افتعل , استفعل
Adapun contoh-contoh fi’il madhi mabni fa’il dari fi’il tsulatsi mujarrad yang bersambung dengan dhamir rafa’ yaitu sebagai berikut:
a.       Untuk ghaib (orang ketiga laki-laki)
1)      كَتَبَ               (dia seorang laki-laki telah menulis).
2)      كَتَبَا               (mereka dua orang laki-laki telah menulis).
3)      كَتَبُوْا              (mereka para laki-laki telah menulis).
b.      Untuk ghaibah (orang ketiga perempuan)
1)      كتَبَتْ              (dia seorang perempuan telah menulis).
2)      كَتَبَتَا              (mereka dua orang perempuan telah menulis).
3)      كَتَبْنَ              (mereka para perempuan telah menulis).
c.       Untuk mukhaathab (lawan bicara laki-laki)
1)      كَتَبْتَ              (kamu seorang laki-laki telah menulis).
2)      كَتَبْتُمَا             (kalian dua orang laki-laki telah menulis).
3)      كَتَبْتُمْ              (kalian para laki-laki telah menulis).
d.      Untuk mukhaathabah (lawan bicara perempuan)
1)      كَتَبْتِ              (kamu seorang perempuan telah menulis).
2)      كَتَبْتُمَا             (kalian dua orang perempuan telah menulis).
3)      كَتَبْتُنَّ             (kalian para perempuan telah menulis).
e.       Untuk mutakallim (pelaku/subjek)
1)      كَتَبْتُ              (saya laki-laki atau perempuan telah menulis).
2)      كَتَبْنَا              (kami laki-laki atau perempuan telah menulis).
2.      Mabni maf’ul
وهو الذي لم يسم فاعله
Kata kerja yang tidak disebut fa’ilnya.
ما كان أوله مضموما أو كان أوله متحرك منه مضموما
Kalimat fi’il yang huruf awalnya di-dhammah-kan. Contoh:   فعل , فعلل , أفعل , فوعل , atau huruf awal berharakatnya di-dhammah-kan. Contoh:   افتعل .[11]
Adapun hamzah washal ikut pada yang dibaca dhammah dan huruf sebelum akhirnya selamanya dibaca kasrah.
Contoh:   نصر زيد  (zaid telah ditolong).
Adapun contoh-contoh fi’il madhi mabni maf’ul dari fi’il tsulatsi mujarrad yang bersambung dengan dhamir rafa’ yaitu sebagai berikut:
a.       Untuk ghaib (orang ketiga laki-laki)
1)      نصر              (dia seorang laki-laki telah ditolong).
2)      نصرا             (mereka dua orang laki-laki telah ditolong).
3)      نصروا            (mereka para laki-laki telah ditolong).
b.      Untuk ghaibah (orang ketiga perempuan)
1)      نصرت            (dia seorang perempuan telah ditolong).
2)      نصرتا            (mereka dua orang perempuan telah ditolong).
3)      نصرن            (mereka para perempuan telah ditolong).
c.       Untuk mukhaathab (lawan bicara laki-laki)
1)      نصرت            (kamu seorang laki-laki telah ditolong).
2)      نصرتما          (kalian dua orang laki-laki telah ditolong).
3)      نصرتم            (kalian para laki-laki telah ditolong).
d.      Untuk mukhaathabah (lawan bicara perempuan)
1)      نصرت            (kamu seorang perempuan telah ditolong).
2)      نصرتما          (kalian dua orang perempuan telah ditolong).
3)      نصرتن           (kalian para perempuan telah ditolong).
e.       Untuk mutakallim (pelaku/subjek)
1)      نصرت            (saya laki-laki atau perempuan telah ditolong).
2)      نصرنا            (kami laki-laki atau perempuan telah ditolong).

C.    I’rab Fi’il Madhi
Di baca fathah apabila tidak bertemu dengan wau dhamir jamak dan dhamir rafa’ mutaharrik (yang berharakat).[12]
Contoh :  
ü  Fi’il tsulatsi mujarrad:   فعل ,ضرب , نصر , فتح ,علم
ü  Fi’il ruba’i:   فعلل , جلبب , دخرج , حوقل , بيطر
ü  Fi’il tsulatsi mazid ruba’iأفعل , أكرم  
ü  Fi’il tsulatsi mazid khumasi:    تفاعل , تباعد
ü  Fi’il tsulatsi mazid tsudatsi:    استفعل , استخرج
Dibaca dhammah dengan mengira-ngira fathah apabila bertemu dengan wau dhamir jamak.
Contoh:
ü  Fi’il tsulatsi mujarrad:   فعلوا ,ضربوا , نصروا , فتحوا ,علموا
ü  Fi’il ruba’i:   فعللوا , جلببوا , دخرجوا , حوقلوا , بيطروا
ü  Fi’il tsulatsi mazid ruba’iأفعلوا , أكرموا 
ü  Fi’il tsulatsi mazid khumasi:    تفاعلوا , تباعدوا
ü  Fi’il tsulatsi mazid tsudatsi:    استفعلوا , استخرجوا
Dibaca sukun dengan mengira-ngira fathah apabila bertemu dengan dhamir rafa’ mutaharrik (yang berharakat).
Contoh:   نصرتن  نصرت  نصرتما  نصرتم 
نصرت  نصرتما  نصرتن  نصرت  نصرنا





KESIMPULAN

Tashrif  menurut bahasa yaitu perubahan dan menurut istilah yaitu mengubah asal bentuk kalimat yang satu kepada model-model bentuk yang berbeda-beda, untuk menghasilkan makna-makna yang diharapkan/yang dimaksud/yang dituju, yang tidak akan berhasil melainkan dengan cara itu (model model bentuk tersebut).
Dalam Ilmu Shorof, Para Ulama telah membagi tashrif ini menjadi dua macam: yaitu:
1.      Tashrif Lughawi
2.      Tashrif Istilahi

Fi’il madhi adalah afazh yang menunjukkan kejadian (perbuatan) yang telah berlalu dan selesai. Alamatnya ialah sering dimasuki ta’ ta’nis yang di-sukun-kan.
Fi’il madhii dibaca fathah apabila tidak bertemu dengan wau dhamir jamak dan dhamir rafa’ mutaharrik (yang berharakat), diibaca dhammah dengan mengira-ngira fathah apabila bertemu dengan wau dhamir jamak, dan dibaca sukun dengan mengira-ngira fathah apabila bertemu dengan dhamir rafa’ mutaharrik (yang berharakat).
Adapun fi’il madhi dibagi menjadi dua bagian; yaitu:
1.      Menerima tashrif
2.      Tidak menerima tashrif
Adapun tashrif lughowi fi’il madhi dibagi menjadi dua bagian; yaitu:
1.      Mabni fa’il
فالمبنى للفاعل منه ما كان أوله مفتوحا أو كان أول متحرك منه مفتوحا
Maka apabila mabni fa’il huruf pertamanya dibaca fathah atau huruf pertamanya berharakat fathah.
2.      Mabni maf’ul
وهو الذي لم يسم فاعله
Kata kerja yang tidak disebut fa’ilnya.
ما كان أوله مضموما أو كان أوله متحرك منه مضموما
Kalimat fi’il yang huruf awalnya di-dhammah-kan, atau huruf awal berharakatnya di-dhammah-kan.

I’rab secara etimologi  yaitu:   تغيير   (berubah), dan secara terminologi yaitu:
تغيير أواخر الكلم لإختلاف العوامل الداخلة عليها لفظا أو تقديرا
Perubhan pada akhir kalimat karena kemasukan ‘amil yang berbeda-beda, baik secara lafazh maupun perkiraan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Moch. 1995,  Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy. Bandung: Sinar Baru  Algensido.
Muhammad Araa’ini, Syamsuddin. 2002, Ilmu Nahwu; Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung: Sinar Baru Algensido.




[1] Abi hasan Ali bin Hisyam Al-kailani. Tashrif Izzi. Surabaya: Alhidayah. Hal. 2.
[2] Syarah kailani. Hal. 2. Shaf. 3.
[3] KH. Moch. Anwar, 1995,  Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy. Bandung: Sinar Baru  Algensido. Hal. 55.
[4] KH. Moch. Anwar, 1995,  Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy. Bandung: Sinar Baru  Algensido. Hal. 57.
[5] Nadham Imrithi. Bait. 90.
[6] Syekh Syamsuddin Muhammad Araa’ini, 2002, Ilmu Nahwu; Terjemahan Mutammimah Al-Ajurumiyyah. Bandung: Sinar Baru Algensido. Hal. 7.
[7] Terjemah Al-Qur’an Bahasa Indonesia Departemen Agama.
[8] KH. Moch. Anwar, 1995,  Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah dan Imrithy. Bandung: Sinar Baru  Algensido. Hal. 11.
[9] Syarah kailani. Hal. 6. Shaf. 29.
[10] Abi hasan Ali bin Hisyam Al-kailani. Tashrif Izzi. Surabaya: Alhidayah. Hal. 7-8.
[11] Abi hasan Ali bin Hisyam Al-kailani. Tashrif Izzi. Surabaya: Alhidayah. Hal. 8.
[12] Syarah Mukhtashar Jiddan Bab Af’al

Tidak ada komentar:

Posting Komentar